Karawang Jabar, Sorong Today — Rabu siang (8/10/2025) itu menjadi momen langka dan penuh sejarah bagi 12 wartawan asal Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Untuk pertama kalinya, wartawan menjejakkan kaki di jantung produksi uang Rupiah, yakni kawasan Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum PERURI) di Karawang, Jawa Barat.
Dalam kunjungan eksklusif itu, para wartawan berbagai platfrom media menyaksikan secara langsung proses rumit dan tertutup pembuatan uang negara yang setiap hari mereka gunakan, namun belum pernah mereka lihat lahirnya.
Kunjungan ini merupakan bagian dari kegiatan Capacity Building yang digagas oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Papua Barat, yang berlangsung selama tiga hari di Jakarta dan Karawang, dari Selasa (7/10/2025) hingga Kamis (9/10/2025).
Tak hanya wartawan dari dua provinsi Papua tersebut, kunjungan ke Peruri turut diikuti sebayak 35 wartawan dari Provinsi Papua dan puluhan wartawan dari Kalimantan Tengah, yang masing-masing difasilitasi oleh kantor perwakilan Bank Indonesia di wilayah mereka.
Perum PERURI di Karawang, yang berdiri di atas lahan seluas 320 hektare menjadi satu-satunya lokasi di Indonesia tempat pencetakan uang Rupiah, baik kertas maupun logam.
Selain uang, Peruri turut mencetak dokumen negara penting seperti paspor, materai, pita cukai, hingga perangko.
Pabrik duit ini mulai resmi mencetak uang pada tahun 1995, meski fasilitasnya telah berdiri sejak 1991.
Peruri menjadi tulang punggung kedaulatan finansial Indonesia. Bahkan beberapa negara lain seperti Argentina, Peru, Somalia hingga Nepal turut mempercayakan pencetakan uangnya di sini.
Sebelum diizinkan masuk ke zona vital Peruri, para wartawan dikumpulkan di Gedung Serbaguna untuk mengikuti briefing aturan kunjungan.
Pengamanan yang diterapkan sangat ketat. Tak satu pun barang pribadi boleh dibawa masuk. Ponsel, dompet, uang, kamera, bahkan jam tangan wajib ditinggalkan.
Setelah pemeriksaan, para wartawan diberi ID Card VVIP yang berfungsi sebagai akses elektronik ke area pencetakan uang.
Usai di briefing, wartawan berjalan kaki sekitar 100 meter lebib ke gedung pencetakan melalui jalur khusus.
Begitu memasuki gedung, aroma khas uang kertas baru langsung menyergap. Suasana di dalam begitu steril, tertib, dan sepi seakan memasuki dunia yang berbeda.
Rombongan wartawan diajak menyusuri lantai II gedung pencetakan, melalui jalur kaca tempat mereka bisa menyaksikan langsung tahapan proses produksi uang dari atas, layaknya melihat kumpulan ikan di dalam akuarium yang sangat luas.
Jalur ini memang dibuat khusus untuk tamu sehingga tidak bersinggungan langsung dengan jalur kerja pegawai yang bertanggung jawab dari seluruh rangkaian proses pembuatan uang.
Setiap tahapan pencetakan diawasi ketat. Mesin-mesin raksasa buatan Jerman dan Jepang bekerja tak henti mencetak lembar demi lembar uang Rupiah dari kertas khusus berpengaman tinggi.
Setiap lembar kertas bisa memuat 45 lembar uang, dan hasil cetakan yang rusak sekecil apapun cacatnya langsung disortir dan dilaporkan ke Bank Indonesia untuk dimusnahkan.
“Apabila terdapat gambar atau garis kecil yang tidak tercetak sempurna, itu tetap dianggap gagal,” kata pemandu tur dari Peruri, Cucu saat menjelaskan proses pembuatan uang.
Proses pencetakan uang bukanlah pekerjaan instan. Dibutuhkan waktu setidaknya 21 hingga 25 hari untuk menyelesaikan satu batch pencetakan uang hingga siap diserahkan ke Bank Indonesia.
Bukan hanya karena rumitnya teknis pencetakan, namunkarena tinta khusus yang digunakan didatangkan dari vendor luar negeri, dengan standar keamanan tinggi dan tidak dijual bebas.
Peruri setiap tahun mencetak sekitar 13 miliar lembar uang, mulai dari pecahan kecil Rp1.000 hingga Rp100.000. Semua itu dicetak sesuai pesanan resmi dari Bank Indonesia yang sudah direncanakan satu tahun sebelumnya.
Rupiah bukan sekadar alat tukar. Uang kertas Indonesia memiliki tingkat keamanan tinggi dan dianggap sebagai salah satu mata uang paling artistik dan kompleks di dunia.
Di Peruri, semua pekerja harus Warga Negara Indonesia. Tidak ada satupun pekerja asing diperbolehkan masuk dalam proses produksi uang. Ini merupakan bentuk nyata bahwa mencetak uang adalah bagian dari kedaulatan nasional yang tidak boleh dikompromikan.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat, Arif Rahadian menegaskan bahwa kunjungan di Peruri ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman para jurnalis terhadap peran Bank Indonesia sebagai bank sentral, termasuk rantai nilai penting dalam bisnisnya yaitu Peruri.
“Kami menyadari keamanan di sini sangat ketat. Oleh karena itu, Peruri diberi tanggung jawab oleh negara untuk mencetak surat berharga, salah satunya uang Rupiah,” ucap Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat, Arif Rahadian.
Ia membeberkan bahwa kunjungan ini bukan semata jalan-jalan, namun sebagai sarana untuk memahami nilai dari sebuah kepercayaan, integritas, dan sistem kontrol berlapis dalam pencetakan uang.
Kunjungan ke Peruri memberikan kesadaran baru bahwa lembaran uang yang kita bawa sehari-hari ternyata melalui proses panjang, rumit, dan penuh pengawasan.
Setiap Rupiah menyimpan proses dan cerita, bukan hanya tentang nilai ekonomi, tetapi tentang kedaulatan, kepercayaan, dan kerja keras anak bangsa di balik tembok pabrik uang yang tak mudah diakses.
Salah satu wartawan asal Manokwari Papua Barat, Nopembrianty Verawijaya pun dibuat takjub dan terkesima atas proses panjang pembuatan uang Rupiah.
“Setelah melihat langsung prosesnya, rasanya makin segan menyia-nyiakan Rupiah. Ternyata lembar kecil itu menjadi hasil dari proses besar dan rahasia negara,” ucap Vera sapaan akrabnya dengan senyuman manis yang menjadi khasnya. (*)
Tidak ada komentar