Talud Sungai Mariat Rusak Diterjang Banjir, BWS Papua Barat Tegaskan Masih Dalam Masa Pemeliharaan

waktu baca 3 menit
Minggu, 5 Okt 2025 22:08 40 Redaksi

Sorong Today — Talud di wilayah Distrik Mariat, Kabupaten Sorong yang baru selesai dibangun pada bulan Agustus 2025 lalu, mengalami kerusakan akibat banjir besar yang terjadi pada 21 Agustus dan 14 September 2025. 

Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Barat melalui Satker Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air (OP SDA) memastikan bahwa perbaikan segera dilakukan karena proyek tersebut masih dalam masa pemeliharaan.

Direksi Pelaksana BWS Papua Barat Satke OP SDA Muhammad Alghazali menjelaskan bahwa penyebab utama kerusakan yakni lantaran talud belum cukup umur untuk mencapai kekuatan maksimal saat banjir datang.

“Pekerjaan baru selesai pada Agustus, dan kebetulan yang kami gunakan yakni beton K175, yang membutuhkan waktu 28 hari untuk mencapai kekuatan penuh. Sementara, banjir terjadi pada 21 Agustus, saat umur beton belum matang,” jelas Direksi Pelaksana BWS Papua Barat Satke OP SDA Muhammad Alghazali.

Dirinya menyebut, talud yang roboh berada di dua titik pada terapan pertama dan kedua dengan total panjang sekitar 27 meter. Banjir besar yang terjadi bahkan mencapai overtopping atau melewati tanggul hingga 1,3 meter, setinggi bangunan SD di sekitar lokasi.

“Banjir itu luar biasa. Air sampai melewati talut dan setara dengan jembatan. Jadi bagaimana tidak roboh? Ini murni karena bencana alam, bencana banjir,” ucapnya.

Ia menegaskan bahwa proyek tersebut dilaksanakan secara swakelola, bukan oleh kontraktor.

“Ini memang proyek pemeliharaan. Dikerjakan langsung oleh BWS Papua Barat tanpa melibatkan kontraktor, sesuai arahan pusat. Jadi tidak ada papan proyek seperti proyek-proyek tender pada umumnya,” ungkapnya. 

Diakuinya bahwa, karena sifatnya pemeliharaan, anggaran hanya dialokasikan untuk kebutuhan material dan tenaga kerja. Alghazali menambahkan bahwa pemeliharaan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia memang seringkali tidak dianggarkan secara penuh untuk papan proyek atau dokumentasi publik lainnya.

Pada kesempatan itu, ia menyampaikan bahwa setelah kejadian banjir dan kerusakan talud, pihak BWS Papua Barat langsung melakukan peninjauan ke lapangan bersama pihak pusat dan pemerintah daerah.

“Kami sudah turun bersama Direktur OP dan perwakilan dari Dirjen Sungai dan Pantai, serta didampingi oleh Pemkab Sorong. Kami berkomitmen untuk memperbaiki kerusakan tersebut secepatnya karena masih dalam masa pemeliharaan,” imbuhnya.

Ia turut menjelaskan bahwa faktor tanah yang labil turut menyebabkan pergeseran bangunan, selain curah hujan yang tinggi. Meski demikian, kondisi struktur saat ini dinilai sudah cukup padat dan stabil.

Lebih lanjut, Alghazali mengungkapkan bahwa keterlambatan pekerjaan turut disebabkan oleh faktor efisiensi anggaran di awal tahun. Hal ini mengakibatkan proyek baru bisa dimulai beberapa bulan setelah perencanaan.

“Sebenarnya bisa dimulai awal tahun, namun karena efisiensi dan pemblokiran anggaran, pekerjaan baru bisa dimulai 3–4 bulan kemudian. Namun, program perbaikannya memang sudah direncanakan sebelumnya,” paparnya.

Sebagai catatan, talud yang roboh sebelumnya juga telah dibangun pada tahun 2018–2019, dan wilayah tersebut dikenal rawan banjir.


BWS Papua Barat menegaskan bahwa kerusakan talut di wilayah Mariat merupakan dampak dari bencana alam dan bukan kelalaian konstruksi. Proyek tersebut masih dalam masa pemeliharaan dan akan segera diperbaiki tanpa biaya tambahan bagi masyarakat setempat. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA