Ibadah Syukur Digelar, Rayakan HUT ke-98 Pekabaran Injil di Tanah Malamoi

waktu baca 4 menit
Senin, 27 Okt 2025 09:53 35 Redaksi

Sorong Today, – Suasana penuh sukacita menyelimuti ribuan jemaat yang memadati Kawasan Tugu Pendaratan Injil, Pelabuhan Usaha Mina, Kota Sorong, Senin (27/10/2025). 

Ibadah Syukur Hari Ulang Tahun (HUT) ke-98 Pekabaran Injil di Tanah Malamoi ini menjadi momentum penuh makna bagi masyarakat Sorong Papua Barat Daya, khususnya suku Moi, tempat pertama kali kabar keselamatan itu mendarat hampir satu abad lalu.

Perayaan akbar tersebut turut dihadiri Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu, Wakil Gubernur Ahmad Nausrau, Wali Kota Sorong Septinus Lobat, Ketua DPRD Kota Sorong John Lewerissa, serta jajaran Forkopimda, tokoh agama, adat, dan masyarakat.

Acara dibuka dengan ibadah syukur, dilanjutkan dengan pemotongan kue ulang tahun, puji-pujian, tarian hingga doa bersama yang menggambarkan sukacita umat atas karya besar Tuhan melalui Injil yang telah menumbuhkan iman dan membentuk peradaban di Tanah Moi.

Dalam sambutannya, Gubernur PBD Elisa Kambu menegaskan bahwa seluruh umat Kristen di Tanah Moi patut bersyukur atas hadirnya Injil yang membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat.

“Bersama-sama di tempat ini hanya karena Injil. Kalau bukan Injil, kita tidak akan berjumpa di sini. Jadi hari ini kita harus bersukacita, memuji Tuhan, menari, bergoyang untuk Tuhan,” ujar Gubernur PBD Elisa Kambu

Ia mengingatkan bahwa, 98 tahun perjalanan Pekabaran Injil merupakan proses panjang yang menumbuhkan benih iman hingga kini dirasakan hasilnya.

“Kabar baik itu datang 98 tahun lalu. Itu perjalanan yang panjang. Benih itu sudah tumbuh, dan sekarang kita menikmati hasilnya hari ini,” ucapnya.

Menurut Elisa, para pekabar Injil yang datang ke Papua bukan membawa kepentingan pribadi, tetapi membawa kasih dan keselamatan dari Tuhan.

“Mereka datang hanya membawa satu hal, yakni Injil. Mereka tidak memikirkan diri sendiri, tetapi keselamatan saudaranya. Injil itu telah hadir dan membebaskan kita semua,” tegasnya.

Dalam momentum tersebut, Gubernur Elisa Kambu turut mengajak umat untuk merenungkan makna kehadiran Injil dalam kehidupan sehari-hari dan bagaimana buah dari iman itu dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.

“Kalau hari ini kita ada, itu karena ada masa lalu. Pertanyaannya, buah yang kita hasilkan nanti bagaimana? Manis kah? Asam kah? Atau jangan-jangan tidak berbuah?” katanya mengajak jemaat untuk hidup dalam ketaatan dan takut akan Tuhan.

Ia menekankan bahwa takut akan Tuhan berarti memiliki karakter yang penuh kasih, damai, dan rendah hati.

“Kalau orang takut Tuhan, dia tidak marah orang, tidak benci, tidak fitnah, tidak menjelekkan, tidak menceritakan kekurangan orang lain. Kalau masih begitu, berarti belum takut Tuhan,” imbuhnya.

Gubernur turut menyoroti pentingnya keteladanan pemimpin, baik rohani maupun pemerintahan, agar menjadi contoh bagi masyarakat.

“Pemimpin harus menjadi contoh. Pendeta tertib, gereja tertib, wali kota tertib, gubernur tertib. Semua harus mulai dari diri sendiri,” tegasnya.

Lebih lanjut, Elisa Kambu menegaskan bahwa Injil bukan sekadar khotbah atau teori, tetapi harus menjadi gaya hidup nyata dalam keseharian.

“Injil telah membebaskan kita dari kegelapan dan Injil itu kehidupan. Injil tidak bisa hanya dibicarakan di mimbar. Kehidupan Injil itu menghormati orang lain, menghargai, berbelas kasihan, berani mengampuni, suka membantu, tidak sombong, dan rendah hati,” tuturnya.

Dirinya mengingatkan agar tidak ada perbedaan atau sekat di antara manusia, karena semua sama di mata Tuhan.

“Kita semua datang dari debu yang sama, dan akan kembali ke debu yang sama. Maka tidak boleh ada kelas-kelas di antara kita. Kita sama di mata Tuhan,” pesannya.

Mantan Bupati Asmat dua periode itu menambahkan bahwa Pekabaran Injil di Tanah Moi bukan milik satu gereja atau denominasi tertentu, melainkan milik seluruh umat di negeri ini.

“Ibadah syukur ini tidak boleh diklaim satu gereja saja. Ini milik semua orang yang tinggal di negeri ini. Karena waktu itu belum ada gereja seperti sekarang. GKI baru 69 tahun, sementara pekabaran Injil sudah 98 tahun,” tandasnya.

Peringatan HUT ke-98 Pekabaran Injil di Tanah Moi bukan sekadar perayaan keagamaan, melainkan juga refleksi sejarah dan spiritualitas yang memperkuat semangat kasih, persaudaraan, dan persatuan.

Melalui momentum ini, masyarakat Sorong dan Papua Barat Daya diajak untuk terus menjaga nilai-nilai Kristiani yang diwariskan oleh para pekabar Injil, mereka yang telah membawa terang dan harapan ke Tanah Moi.

“Injil telah menumbuhkan peradaban, mempersatukan kita, dan memberi arah hidup. Tugas kita sekarang adalah melanjutkan warisan itu dengan hidup dalam kasih dan kebenaran,” tutup Gubernur Elisa penuh haru. (*)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA