Sorong Today – Bank Indonesia (BI) melalui Kantor Perwakilan Provinsi Papua Barat menyelenggarakan kegiatan Capacity Building bagi 12 wartawan perwakilan Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya, dimulai sejak Selasa (7/10/25) hingga Kamis (9/10/2025) mendatang.
Sebelumnya, pada Selasa pagi (7/10/25), kegiatan Capacity Building telah resmi dibuka langsung oleh Kepala Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker Departemen Komunikasi Bank Indonesia Dedy Irianto, didampingi Deputi Kepala Perwakilan BI Papua Barat Arif Rahadian.
Dalam rangkaian pelaksanaan Capacity Building ini, turut difokuskan pada pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam proses kerja jurnalistik, dengan menghadirkan Pemimpin Redaksi Kompas.com, Amir Sodikin sebagai narasumber utama.
Dalam pemaparannya, Amir Sodikin menekankan pentingnya pemahaman dan pemanfaatan AI secara tepat dalam dunia jurnalisme. Meski AI memiliki potensi besar dalam mempercepat dan mempermudah proses produksi berita, ia turut mengingatkan agar penggunaannya tidak menghilangkan nilai human interest dalam konten jurnalistik.
“Saya berlatar belakang biologi. Tetapi ketika terjun ke dunia jurnalistik, saya harus cepat memahami isu ekonomi makro dan mikro. Di sinilah AI seperti LHF (Language-Handling Framework) bisa membantu kita menguasai materi dengan cepat,” ujar Pemimpin Redaksi Kompas.com, Amir Sodikin saat memberikan materi kepada 12 wartawan bertempat di Sari Pacific, Jakarta, Selasa siang (7/10/25).
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa penggunaan AI seperti ChatGPT bisa memberikan efisiensi tinggi dalam menurunkan biaya produksi, terutama dalam hal penyuntingan dan pengembangan naskah, visual, serta analisis data. Namun, tetap harus terdapat pengawasan editorial agar kualitas dan integritas konten tetap terjaga.
Amir menjelaskan bahwa AI sebaiknya digunakan untuk mengembangkan ide, menyusun storyboard, mengedit naskah, menganalisis data, hingga membuat ilustrasi atau caption dari bahan yang sudah dimiliki oleh wartawan. Namun, AI diakuinya tidak direkomendasikan untuk membuat artikel secara otomatis tanpa masukan data atau riset dari jurnalis.
“Misalnya, jangan hanya minta ChatGPT menjelaskan ‘Apa itu inflasi dan deflasi’ lalu dijadikan artikel tanpa tambahan konteks, narasumber dan data dari lapangan. Ini berisiko menurunkan kualitas dan akurasi berita,” ucapnya.
Selain itu, dijelaskannya bahwa, pembuatan gambar atau video yang merepresentasikan tokoh publik yang dimasukan dalam AI tidak dianjurkan tanpa izin dan kontrol yang ketat, mengingat potensi misinformasi dan pelanggaran etika jurnalistik.
Kompas.com telah melakukan sejumlah eksperimen dengan AI dalam proyek video, script, dan ilustrasi. Namun, redaksi Kompas.com menemukan bahwa AI belum sepenuhnya bisa menggantikan peran manusia dalam aspek-aspek emosional, naratif, dan empatik yang menjadi kekuatan utama jurnalisme berkualitas.
“Kami pernah mencoba membuat video menggunakan AI, hasilnya memang cepat dan efisien. Namun tetap terasa kurang hidup. Itu sebabnya AI hanya kita gunakan sebagai alat bantu, bukan pengganti,” ungkapnya.
Ditambahkanyya bahwa, dalam penggunaan AI disarankan untuk mengembangkan ide, perencanaan liputan, menganalisis dan menguji naskah/tulisan, merapikan notulensi atau dokumen, menyusun storyboard, caption, dan thumbnail dari bahan sendiri sertaembuat ilustrasi dan video berbasis data atau gambar internal.
“Dalam penggunaan AI tidak direkomendasikan untuk menulis artikel utuh dari AI tanpa riset/pasokan bahan, tidak direkomendasikan untuk membuat visualisasi tokoh publik tanpa izin serta tidak direkomendasikan guna mengandalkan AI untuk topik sensitif seperti investasi dan ekonomi tanpa validasi redaksi,” imbuhnya.
Ia berharap dengan penggunaan AI dalam dunia jurnalistik, dapat menjadi bagian dari upaya membangun kapasitas wartawan daerah agar mampu bersaing di era digital, tanpa kehilangan esensi dasar jurnalisme yang berbasis fakta, empati, dan integritas.
“Kalau teman-teman punya budget, silakan eksplorasi lebih jauh. Namun kalau terbatas, maksimalkan kemampuan yang ada. Yang penting kita tetap pegang kendali editorial,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar